Karya Fifit
Di antara dedaunan yang
berguguran disepanjang jalan aku melangkah di pagi yang sedikit berawan menuju
ke sekolah. Hari ini aku sangat senang karena hari ini hari pertama masuk
sekolah setelah libur selama tiga minggu, sekarang aku sudah naik ke kelas 4.
Selama perjalanan ke sekolah aku
melamunkan guru pengajar kami di kelas 4 yang terkenal dengan humoris,
menyenangkan tapi juga berdisiplin yang baik.
“Keis…..”, teriak Zain
Teriakan Zain menyadarkan
lamunanku, dengan sedikit terkejut aku menoleh dan membalas sapaannya.
“Hai Zain” balasku
“Apa yang sedang kamu lamunkan sih ?,
Tanya Zain penuh curiga
Sambil tersenyum, lalu aku
mencerita apa yang sedang aku lamunkan pada sahabatku itu sambil berjalan, tidak
terasah sampailah kami ke sekolah.
Sampai di kelas sudah ada dua orang
temanku yang sudah datang .
“Zain kamu mau duduk dengan ku ?”,
tanyaku kepada Zain
“Bukankah kamu biasanya duduk
dengan Anas ?”, kata Zain balik bertanya.
“Aku ingin ganti suasana, apakah
kamu mau ? Tanyaku
“Ya, tidak apa apa, tapi kalau aku
suka duduk di depan Keis, apakah kamu mau duduk di depan ?, “ tanya Zain
“Tidak masalah, berarti kita duduk
disini ya Zain ?,” kataku sambil
menunjuk meja yang berada di paling depan sebelah depan kanan dari meja guru.
“Ya, aku setuju”, balas Zain
Mereka meletakkan tasnya masing
masing ke dalam meja , tidak beberapa lama siswa kelas 4 mulai berdatangan,
mereka mencari teman untuk duduk bersama, ada yang memilih teman waktu kelas 3
ada juga yang memilih teman lainnya.
Bel tanda masuk kelas sudah
berbunyi, siswa kelas 4 masuk kelas dan menempati tempat duduknya masing-masing. Setelah mereka rapi, ada salah
satu murid yang menyiapkan dan memimpin doa.
“Berdoa mulai”, suara dayat memnuhi
ruang kelas 4 , dayat merupakan wakil ketua kelas pada waktu kelas 3.
Ketika siswa berdoa, Pak Aziz
memasuki kelas 4, dia berjalan dengan tegak, tampak sekali kalau beliau adalah
guru yang sangat berwibawa, tampak bajunya rapi dan rambutnya disisir dengan
rapi pula.
Setelah siswa membaca Doa, Pak Aziz
menyapa siswanya.
“Selamat pagi anak-anak ?”
senyumnya mengembang, membuat anak anak senang melihatnya
“Pagi Pak”, jawab anak anak
“Bagaimana kabar kalian hari ini ?,”
tanyanya
“Alhamdulillah baik pak”, jawab Mia
dan yang lainnya
“Sehat dan bahagia Pak”, jawabku
“Apakah kalian senang berada di
kelas yang baru ini ?”
“Senang Pak”, kata anak anak secara
serempak.
Baik hari ini, adalah hari pertama
kalian di kelas 4, sebelum memulai kegiatan pembelajaran Bapak akan
memperkenalkan diri , Bapak yakin kalau kalian sudah tahu nama Bapak , “ benar
begitu ?”, tanya Pak Aziz
“ Iya Pak “ , jawab anak anak
Selanjutnya Bapak memberi kesempatan kepada
kalian untuk memperkenalkan diri kalian, mulai dari nama, hobi, pelajaran yang
kamu sukai, alamat rumahmu, dan harapanmu mengenai pembelajaran di kelas ini.
Setelah mereka memperkenalkan dirinya
masing masing , siswa kelas 4 tampak senang sekali, ada yang bertanya kepada
temannya kenapa dia mempunyai hobi memelihara burung atau mempunyai hobi
berenang, ada yang berbincang mengenai alamat gurunya dan hal hal yang lain.
Pak Aziz memang sengaja memberikan kesempatan
kepada siswanya untuk saling berbicara.
“Baik anak anakku, setelah kegiatan
perkenalan, mari kita buat keyakinan kelas ya”, kata Pak Aziz
“Keyakinan kelas adalah disiplin
positif untuk diterapkan di kelas kita agar keadaan kelas kita menjadi baik dan
kalian akan merasakan kesenangan dan keamanan ketika berada di kelas”, lanjut Pak Aziz
“Anak anakku, pada keyakinan kelas
ini ada bagian Hormat, maksud dari hormat bahwa kita harus meyakini bahwa
sangat penting untuk menghormati semua orang, baik guru, teman, orang yang
berkunjung ke kelas kita, dan barang barang yang ada di kelas, barang milik
sekolah yang ada di kelas maupun barang dari teman teman kita ”, Penjelasan Pak
Aziz panjang lebar mengenai keyakinan kelas.
“Jadi dari Hormat ini apa yang
harus dijadikan keyakinan kelas kita ?”,
“Silahkan yang mempunyai pendapat
mengangakat tangan !”, lanjut Pak Aziz
“Banyak anak yang mengangkat tangan
termasuk aku, Pak Aziz menunjuknya satu persatu”,
“Baik Bapak mulai dari Syamila “,
Kata Pak Aziz
“Tidak berbicara ketika guru
menerangkan, tidak berkata kasar dan tidak menyakiti teman Pak”, Kata Syamila
“Bagus, kenapa tidak boleh seperti
itu Mila?”
“Karena apabila kita berbicara saat
guru menerangkan, berarti kita tidak menghormati guru dan teman kita , demikian
juga jika kita berkata kasar, sedangkan apabila kita menyakiti teman berarti
kita tidak menghormati teman dan membahayakan keselamatannya Pak”, jelas
Syamila dengan lugas
“Benar sekali alasanmu Mila, Bagus,
selanjutnya Bapak memberi kesempatan pada Keis”, Pak Aziz menunjuk kearah Keis.
“Meminta izin ketika hendak
meminjam barang teman Pak”, kataku
“Bagus Keis, Coba jelaskan
alasannya kepada Bapak Nak!”
“Karena kalau kita tidak meminta
izin untuk meminjam barang kepada teman, berarti kita tidak menghormati dia
sebagai pemilik barang tersebut Pak”, jelasku
“Bagus, alasanmu juga benar Keis “,
Balas Pak Aziz
“Bapak Lanjut, menurut kamu keyakinan
apa yang perlu di terapkan di kelas kita Zain ? “, tanya Pak Aziz yang membuat
Zain sedikit terkejut.
“Mengucapkan terima kasih apabila
ada teman yang membantu kita, atau ketika kita mengembalikan barang yang
dipinjam Pak “, kata Zain
“Bagus, kenapa harus seperti itu ?”
“Sebagai bentuk penghormatan bagi
mereka, dan sebagai bentuk rasa syukur kita pak”
“Benar sekali apa yang di katakana
kamu Zain”,.
“Silahkan Jamilah, Anas, Dayat,…….,
Pak Aziz memberikan kesempatan yang sama kepada siswanya untuk menentukan
keyakinan baik yang akan diterapkan di kelas 4.
“Baik setelah hormat kita akan
menentukan keyakinan kelas yang berhubungan dengan pentingnya bagi kita untuk
mengerjakan segala pekerjaan atau mengikuti kegiatan yang telah ditugaskan.
Dari keyakinan tersebut kesepakatan apa yang perlu kita lakukan? Tanya Pak aziz
dengan semangat
“Sdhjaujamfghaa……..”, anak anak
menjawab dengan serempak
“Anak anak jawabnya bergiliran ya”,
Pinta Pak Aziz.
“Kalau semua berbicara, Bapak tidak
bisa mendengar dengan jelas, apa yang kamu katakan” , lanjutnya
“Silahkan Anas !”, pak Aziz
menunjuk Anas
“Hmmm, tampak Anas berpikir sesaat,
Melaksanakan piket kelas sebelum jam pembelajaran di mulai Pak”
“Bagus, kenapa harus seperti itu
Nas ?”, tanya Pak Aziz
“Karena Piket merupakan tugas yang
harus diselesaikan sebelum pembelajaran, dengan kelas yang bersih maka kita
nyaman dalam mengikuti pelajaran di kelas Pak, selain itu kebersihan kelas
merupakan tanggung jawab kita Pak”, jelas Anas penuh semangat
“Wah, bagus sekali pendapatmu Nas”
“Silahkan sekarang giliranmu Keis
“, Pak Aziz memberikan kesempatan kepadaku
“Menyelesaikan tugas yang diberikan
guru tepat waktu Pak”, kataku
“Baik, adakah alasanmu ?”, tanya
Pak Aziz
“Karena tugas merupakan tanggung
jawab setiap siswa pak dan harus diselesaikan tepat waktu”, Jelasku, memang aku
tidak suka dengan teman yang selalu lambat dalam menyelesaikan tugas, sedangkan
aku merasa selalu selesai paling cepat ketika di beri tugas dengan guru
Pak Aziz melihat Jamilah mengacungkan tangan,
“Ya silahkan Jamilah”, Pak Aziz
mempersilahkan Jamilah
“Saya merasa keberatan Pak, bagaimana
apabila ada tugas tertentu yang cukup membuat salah seorang atau beberapa dari
kami kurang faham atau mengalami kesulitan, apakah tidak boleh kami meminta
kelonggaran waktu Pak ?”
“Bagaimana anak anak ?” tanya Pak
Aziz
Jawaban yang dikemukakan anak anak berbeda-beda,
ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju, mereka berfikir apabila ada
temannya yang belum selesai, pasti mereka akan menunggunya dan pelajaran akan
tertunda.
Aku mengacung tangan dan aku benar
benar kesal dengan keberatan yang disampaikan Jamilah
“Tidak setuju Pak dengan adanya
kelonggaran yang diberikan Pak, karena apabila tidak tepat waktu berarti yang
belum selesai itu berarti malas Pak” kataku dengan nada tinggi
“Tidak juga Keis, mungkin yang
tidak selesai karena kita kurang faham atau mengalami kesulitan terhadap tugas
tersebut”, sambung Jamilah
Sepertinya keyakinan kelas yang
dikemukakan aku, cukup membuat suasana kelas memanas, antara anak yang setuju
dan anak yang tidak setuju, saling mempertahankan pendapatnya, karena mereka masih
anak anak, emosi mereka kurang stabil kadang terselip kata kata yang kurang
elok di dengar.
Karena anak anak semakin
bersitegang terutama antara aku dan Jamilah, maka Pak Aziz meluruskan pemahan
mengenai pengumpulan tugas tepat waktu ini.
“Anak anakku, Bapak tidak memihak
siapapun, begini, ketika Bapak memberi
tugas kepada kalian, kemudian ada beberapa anak yang tidak dapat menyelesaikan
tugas tepat waktu karena terkendala pemahaman atau ketidak mampuannya, maka silahkan
meminta perpanjangan waktu pada Bapak. Dan Bapak tidak akan membuat anak yang
telah selesai menunggu temannya yang belum, karena Bapak akan mengelompokkan anak
yang sudah selesai mengerjakan tugas, dan anak yang belum, yang selesai
nantinya akan diberikan tugas pengayaan atau akan dilanjutkan materinya,
sedangkan yang belum akan Bapak beri pemahaman lebih mendalam lagi sehingga
mereka dapat menyelesaikan tugasnya sesuai kemampuannya. Bagaimana ?”, tanya
Pak Aziz
“Lalu keyakinan yang yang dapat
kita sepakati bagaimana Pak ?”, tanya Mia
“Siapa yang bisa menyimpulkan
kesepakatan yang akan kita buat ?”, Pak aziz balik memberikan kesempatan pada anak
anak.
“Saya Pak”, kata Dayat
“Ya silahkan !”, Pak Aziz memberi
kesempatan kepada Dayat
“ Hmmm, menurut saya adalah menyelesaikan
tugas yang diberikan guru tepat waktu, kecuali bagi yang belum memahaminya atau
bagi yang mendapatkan kesulitan, mungkin seperti itu Pak?”, kata Dayat
“Bagus Dayat, bagaimana anak anak ?,
setuju ?”
“Setuju Pak”, anak anak menjawab
secara serentak, kecuali aku, karena aku marah pada Jamilah dan tidak terima karena keyakinan
yang aku ajukan tidak diterima sebagaimana kehendakku. Padahal aku merasa
pendapatku yang terbaik dan harus diterima karena aku sebagai ketua kelas di
kelas 3 merasa kehormatanku di rendahkan dengan adanya pendapat Jamilah yang merasa
keberatan.
“Benar benar keterlaluan Jamilah”,
batinku
Setelah selesai membuat keyakinan
kelas pada poin produktif, kemudian Pak Aziz melanjutkan membuat keyakinan yang
berhubungan dengan keyakinan di terima dan dimiliki.
Akhirnya selesailah Pak Aziz bersama
anak anak kelas 4 membuat keyakinan kelas, yang akan diterapkan selama enam
bulan.
“Anak anakku, Alhamdulillah keyakinan
kelas kita sudah dibuat, sebelum ditetapkan Bapak Baca terlebih dahulu ya”,
pinta Pak Aziz
“Ya pak”, jawab anak anak
“Baik Bapak bacakan terlebih dahulu,
apabila ada yang perlu dirubah boleh mengacung, sebelum Bapak lanjutkan”, jelas
Pak aziz
Tampak anak anak memperhatikan poin
poin keyakinan kelas yang di bacakan oleh Pak Aziz.
“Sudah Bapak bacakan semua, apa
sudah setuju ?”, tanya pak Aziz
“Setuju Bapak”, kata anak anak
“Alhamdulillah, dengan keyakinan
kelas yang telah kalian buat, maka Bapak menetapkannya pada hari ini, jam 10.00
wib, di kelas 4, Bapak nyatakan keyakinan kelas ini berlaku mulai ditetapkan
sampai akhir semester 1, tepuk tangan untuk kita semua”, pinta Pak Aziz dengan
semangat.
Seiring berjalannya waktu, bel
pulang sekolah berbunyi, setelah membaca doa dan mencium tangan gurunya, mereka
berhamburan keluar kelas.
Aku keluar kelas bersama dan
berjalan pulang bersama Zain.
“Zain aku benci sama Jamilah, sok cari
muka dia sama Pak Aziz”, Kataku
“Tidak usah seperti itu Keis,
menurut saya apa yang telah kita sepakati tadi itu sudah yang terbaik.
“AAACCCHHH, pokoknya aku benci dia “,
jawabku
“Sudahlah Keis, Jamilah kan teman
kelas kita”, jawab Zain
Aku tidak memperdulikan apa yang
dikatakan Zain, aku terlanjur tidak suka dengan Jamilah, aku dengan sengaja berjalan
meninggalkan Zain, kemudian aku mencari Jamilah.
“Mau cari siapa Keis ya ?”, batin
Zain
Sementara aku, telah menemukan Jamilah, dia berjalan di depanku
“Ketemu kau, rasakan pembalasanku
ya”, bisikku dalam hati
Sambil berlari kearah Jamilah, aku
mendorong dia dari belakang dengan menggunakan kakiku sampai terjatuh
tersungkur. Lalu aku lari meninggalkannya, perasaanku benar benar campur aduk,
merasa senang karena aku berhasil melampiaskan kekesalanku pada Jamilah, disisi
lain aku merasa takut, karena Jamilah mengeluarkan darah dari kepalanya.
“BRUKKK”, terdengar suaranya cukup
keras
“Aduhhhh”,
lalu terdengar suara tangisan, semua siswa yang masih berada di dekat kejadian
mengahampiri Jamilah.
“Ya Allah dahimu berdarah Jamilah”,
kata Mia pada Jamilah
“Ayo kita kembali ke sekolah, disekolah
ada obat untuk membersihkan luka, pasti Pak Aziz atau guru yang lain akan
membantumu membersihkan lukamu”, pinta Mia
Tanpa panjang lebar Mia dibantu
temannya yang lain, memapah Jamilah ke sekolah, anak anak ramai mengiringi
Jamilah yang dahinya berdarah.
Mendengar anak anak yang ramai,
semua guru keluar, mereka terkejut melihat dahi Jamilah mengeluarkan darah,
dengan cepat bu Rina mengambil obat P3K dari ruang guru, dengan cekatan beliau
membersihkan luka Jamilah, lalu memberinya alkohol dan betadine kemudian memberinya
ferbam agar tidak terjadi infeksi.
Pak Aziz bertanya pada Jamilah, “apa
yang terjadi sampai kamu berdarah seperti ini ?”
“Keis mendorongku dengan kakinya
Pak, sehingga saaya tersungkur Pak”, jawab Jamilah
Mendengar jawaban Jamilah, langsung
Pak Aziz ingat kejadian di kelas saat siswanya membuat keyakinan kelas.
“Besok aku harus memanggil Keis”,bisik
Pak Aziz dalam hati
Selama ini Pak Aziz memang sering
mendengar Keis menyakiti teman yang tidak menurutinya, atau teman yang
dianggapnya lemah.
Pagi ini Pak Aziz datang lebih
awal, dimana sekolah masih sepi hanya ada beberapa anak yang datang, termasuk
aku. Aku termasuk anak yang rajin datang kesekolah dan ketika datang aku selalu
pagi, hal itu aku lakukan karena aku berusaha untuk lebih dahulu datang sebelum
teman teman yang lain.
“Pak Aziz datang ke kelas 4, lalu
menghampiriku.
“Keis ikut Bapak keruang guru Ya !”,
Pinta Pak Aziz
“Mati aku, pasti aku akan diberi
hukuman ini”, batinku
“Keis duduk sini, Pak aziz menunjuk
kursi yang ada di depannya agar aku duduk disana.”
“Baik Pak”
“Bagaimana kabarmu hari ini Keis ?”,
sapa pak Aziz
“Alhamdulillah sehat Pak”, kataku
“Apakah benar kamu yang mendorong
Jamilah kemaren nak ?, suara sangat lembut sekali, tapi kedengaran bagiku, itu
sesuatu yang akan membuatku terpuruk.
“Benar Pak ”, jawabku singkat
“Menurut Keis perbuatan tersebut
benar apa salah, baik apa buruk ?”
“Salah dan juga buruk Pak”
“Perbuatan salah itu manusiawi
Keis, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, Bapak juga pernah berbuaat
salah, dalam hal ini Bapak tidak mau mencari atau menghukumi kesalahanmu “,
jelas Pak Aziz panjang lebar, yang membuat hatiku menjadi lebih tenang.
Aku tertunduk, aku benar benar
menrasa bersalah dan menyesal atas apa yang telah aku lakukan pada Jamilah kemaren.
“Lalu apaa alasan kamu melakukan
hal tersebut ?”, tanya Pak Aziz
“Saya tidak senang dengan keberatan
Jamilah mengenai pendapat saya dalam menentukan keyakinan kelas kemarin pak,
teman teman jadi sepertinya menganggap saya tidak hebat lagi, padahal selama
ini kan saya jadi ketua kelas Pak, saya khawatir mereka tidak akan memilih saya
lagi untuk menjadi ketua kelas “, jelasku tentang prasangkaku.
“Apakah tidak ada cara lain, agar
temanmu tetap menganggapmu hebat selain mendorong Jamilah ?”, tanya pak Aziz
“Saya kira ada Pak, tapi tidak tahu
kenapa kemaren saya memilih hal tersebut, mungkin karena kemarahan dan
kebencian saya pada Jamilah Pak”.
“Mungkin kamu bisa memberi contoh
!”,pinta Pak aziz kepadaku
“ Hmmm, aku berfikir, ooya, “mengusulkan keyakinan keyakinan lain yang bisa menjadi
keyaakinan kelas Pak “, Jelasku
Bagus itu, kenapa kamu kemaren
tidak mengusulkan lebih banyak keyakinan yang kamu ketahui ?”
“Ya, Pak maaf “, pintaku, terus
terang aku tidak berfikir lagi, karena pikiranku dipenuhi dengan cara bagaimana
untuk membalas sakit hatiku pada Jamilah
“Menurut Keis, dengan mendorong
Jamilah hingga terjatuh dan berdarah, Keis sudah meninggalkan keyakinan baik
yang mana ?”, tanya Pak Aziz, mengingatkan aku pada keyakinan kelas yang telah
kami buat.
“Tidak menghormati teman dan
membuat teman dalam keadaan tidak selamat atau kondisi berabahaya Pak “, jelasku
“Apakah kamu setuju dengan
keyakinan bahwa kita tidak boleh menyakiti orang lain ?
“Ya, setuju pak, karena sebagai
pribadi aku juga ingin dihormati dan merasa aman dengan keselamatan aku Pak”,
jelasku.
“Bagus, keyakinan kamu sudah benar,
padahal kita kan harus saling menghormati dan saling menjaga keselamatan antar
sesama ya ?”, Tanya Pak Aziz
“Ya, Pak”
“Selanjutnya, dengan kejadian ini, pada
waktu yang akan datang kamu ingin jadi anak seperti apa Keis ?”, tanya Pak Aziz
penuh kasih sayang.
“Saya ingin menjadi anak yang tidak
menyakiti orang lain lagi Pak, ingin menjadi anak yang peduli orang lain dan
selalu menghormati orang lain”.
“Alhamdulillah, agar kamu bisa
menjadi pribadi Keis yang berubah, rencana apa yang akan kamu lakukan ?”.
“Saya akan berusaha rendah hati,
tidak mau menang sendiri, lebih bersabar dan saya akan meminta maaf pada
Jamilah Pak”.
“Bagus, selamat ya nak, kembalilah
kamu ke kelas dengan menjadi Keis yang baru”.
“Bagaimana persaanmu saat ini ?”,
tanya Pak Aziz lagi
“Senang Pak, rasanya hati menjadi lebih
lega, aku akan berusaha menjadi Keis yang semakin hari semakin baik, terima
kasih Pak”, kataku
“Ya, sama sama Nak”
Sejak saat itu jadilah aku anak
yang baik, rendah hati dan suka menolong. Akhirnya pada pemilihan ketua kelas 4,
aku terpilih kembali, dan teman temanku merasa senang dengan perubahan pada
pribadiku. Terima kasih Pak Aziz.
Post a Comment