“Sebuah
mimpi tidak akan pernah diraih tanpa usaha yang kuat, dukungan orang terdekat
dan doa”.
Inilah
sebuah visi hidup seorang gadis piatu yang ditinggal oleh ibu nya saat dia
berumur 5 tahun. Tepatnya di tahun 1987 adalah tahun kelahiran gadis mungil
yang dilahirkan ke dunia oleh seorang ibu yang berprofesi Guru SD dan ayah
dengan profesi Kondektur AKAZ. Dia dilahirkan tepat tengah malam pukul 00:30
WIB waktu setempat dengan proses normal dengan bantuan seorang dokter cantik di
Rumah sakit terdekat. Dia diberi nama sama dengan nama dokter cantik itu,
karena menurut ibu nya supaya kelak putri kecilnya baik dan ramah seperti
dokter yang membantunya. Kehadirannya ke dunia menambah kebahagiaan keluarga
kecil itu. Tepat di tahun 1992 saat gadis kecil itu berumur 5 tahun dia
mengalami nasib yang malang. Ibunya sakit keras dan beliau berusaha
memeriksakan dirinya ke rumah sakit terdekat. Kondisinya semakin melemah
sehingga mengharuskan dirinya untuk dirawat beberapa malam di rumah sakit.
Selang oksigen dipasang dan alat rekam jantung elektrokardiogram pun dipasang. “Nak
doakan mama sembuh ya supaya bisa main dan ngaji bersama” …dengan lirih ibu
berbisik pada putri kecilnya. Hari ketiga kondisi beliau makin memburuk saat
adzan shubuh selesai dikumandangkan ditengah kesunyian lalu titttttttt……….suara
keras terdengar dari alat itu dengan gambar sebuah garis lurus dan panjang. Semua
orang di ruangan itu menangis kecuali dia si gadis kecil. Dia hanya diam dan
bertanya dalam hati “mengapa mereka menangis? Mengapa ibuku ditutup kain putih?
Apa yang sebenarnya terjadi?’’ banyak pertanyaan yang dia dapat. Dia dibopong
oleh pak de Sam dan segera membawanya pulang ke rumah. Tiba – tiba terlintas
dalam benaknya untuk menyampaikan semua pertanyaan yang dia punya pada
neneknya. Namun, tidak ada satu jawaban yang dia dapat hanya pelukan yang
diperolehnya. Suara sirene memecah kesunyian malam dirumahnya. Dia bergegas ke
halaman rumah dan berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Tiba – tiba ada dua
orang berpakaian putih membawa kereta membawa ibunya kedalam rumah. Dia mencoba
mendekati ibunya dan mengajaknya bicara. Namun, ibunya tidak menjawab apapun
dan matanya tetap terpejam. Dia menangis “ mengapa mama tidak bicara ya Allah
dan mengapa mama tidak bergerak lagi,”lanjutnya. Keesokan harinya dia melihat
ibunya sedang dimandikan oleh seorang nyai. Beliau istri pengasuh pondok yang
letaknya bersebelahan dengan rumahnya.
Beliau menyuruh gadis kecil itu mencium ibunya untuk yang terakhir kalinya. Dia
pun menangis “ mama bangun ma apa mama tidak sayang lagi padaku? Mama kenapa
diam saja”. Namun, lagi – lagi dia tidak mendapat jawaban apapun dari ibunya.
Lalu nyai itu berkata “nak semua manusia pasti akan Kembali pada Allah karena
kita hidup di dunia ini hanya sementara dan sekarang waktunya mama mu Kembali.
Kamu sabar ya nak nyai yakin kamu adalah anak pilihan Allah dan nyai yakin kamu
mampu melewatinya dengan baik ” dan beliau berusaha menjelaskan pada gadis
kecil itu tentang sesuatu yang terjadi padanya. Dengan terisak dia mengangguk
menandakan kalau dia memahami penjelasan beliau yang dia tahu dia kehilangan
ibunya dan dia tak akan pernah bisa berbicara lagi dengan ibunya. Hari semakin
sore dan tamu banyak berdatangan
kerumahnya. Pembacaan yaasin dan tahlil pun dibacakan. Setelah pengajian
selesai keranda dengan kain hijau yang dipenuhi bunga melati bergelantungan
dibopong oleh beberapa orang pria. Sesampainya di masjid mereka menyolatkan
jenazah ibunya. Gadis kecil itu hanya berdiam diri dibelakang sambil menangis.
Selesai di sholatkan pak de Sam menggendong gadis kecil itu sambil melewati
bawah keranda ibunya sampai tiga kali. Dia melihat ibunya dikubur dan ditimbun
tanah. “mama….mama….mama…tolong mama om…pak de…mama gak bisa nafas pak de kalau
dikubur tanah. Dia terus berusaha membujuk semua orang agar membantunya
mengeluarkan ibunya dari dalam tanah.
Beberapa
tahun kemudian saat dia duduk dibangku SD. Dia makin merasa kesepian kadang
merasa iri melihat teman – teman sebayanya diantar oleh ibu dan ayahnya. Karena
, bagi dirinya hal itu tidak akan mungkin dia rasakan. Saat pengambilan raport
dan harus dijemput orang tua dia selalu merasa sedih karena, dia harus
mengambil raport itu sendiri. Dia berhasil meraih peringkat 3 besar di kelas,
tak ada satupun ucapan selamat yang dia dapat atas prestasi yang dia capai. Dia
merasa dirinya adalah anak yang tidak seberuntung teman – teman nya yang masih
mempunyai orang tua. Papa nya tidak tinggal serumah dengannya karena beliau
berprofesi seorang kondektur akaz yang setiap hari pekerjaannya ke luar kota,
tapi papa nya sering menelpon dan memberi perhatian padanya. Tak ada yang
berubah dari sosok ayah kandungnya semenjak kepergian ibunya. Dia hanya tinggal
Bersama neneknya. Setelah kepergian ibunya beberapa tahun kemudian papa nya
memutuskan untuk berumah tangga kembali dan tinggal di luar kota Bersama
istrinya. Semenjak saat itulah dia mulai jarang menerima telepon dari papa
tercintanya. Dia merasa ada yang berubah dari sosok ayah tercintanya, namun dia
selalu berusaha berpikir posistif
mungkin karena beliau sibuk sehingga lupa memberi kabar padanya walaupun
hanya lewat telpon. Dia merasa sedih, kalut dan kesepian yang dia punya hanya
nenek satu – satunya yang tulus mendidik dan menyayanginya
Tahun
1997 dia duduk dibangku kelas 4 SD dan saat itu dia ingin mengikuti les
matematika, namun dia tidak punya uang untuk membayar les. Neneknya juga sering
sakit dan dia juga tidak bisa membawanya ke dokter, karena dia belum bekerja
sehingga dia tidak punya cukup uang. Saat jam istirahat di sekolah dia merasa
sedih karena tidak punya uang untuk membeli jajan di kantin sekolah. “Seandainya
aku punya orang tua pasti beliau memberiku uang jajan yang cukup, keluhnya
dalam hati”. Keadaan sulit yang memaksanya harus bekerja di usia yang masih
kecil untuk memenuhi Sebagian besar kebutuhan hidupnya. Pada saat itu dia
disuruh berbelanja ke pasar dan disana dia melihat orang bekerja membantu
membawakan barang belanjaan orang lain dengan mendapat upah sebagai imbalannya.
Keesokan harinya setelah sholat shubuh dia pergi ke pasar untuk mulai bekerja. Dia
bekerja sangat giat dan upah yang didapat dia tabung setiap harinya didalam
celengan berbentuk ayam. Dia memberi nama celengan itu Fortuna yang artinya
keberuntungan. Setiap hari dia menyisihkan sebagian uang untuk ditabung yang
dia niatkan untuk tambah – tambah biaya kuliah kelak. Pada hari minggu saat dia
melakukan rutinitas pagi nya di pasar dia melihat seorang ibu paruh baya sedang
makan bakso. Dia sedang lapar dan ingin sekali membeli bakso tapi, dia sadar
kalau uang yang dia punya untuk bayar buku Lks. Tiba – tiba ibu itu memanggilnya.
Nak
…..nak….nak…sini nak duduk di sebelah ibu nak sambil memberikan semangkok
bakso. Dia bingung mengapa ibu ini memberinya semangkok bakso padahal dia sama
sekali tidak mengenalnya dan dia juga belum membantu untuk membawakan barang
belanjaannya. Sini tidak usah bingung dimakan dulu nak lalu nanti bantu ibu
bawa barang belanjaan ya….ucap beliau dengan nada lirih.
Lalu gadis kecil itu pun menjawab “maaf bu saya
tidak terbiasa menerima upah lebih dulu sebelum saya menyelesaikan pekerjaan
saya” ….kemudian beliau menjawab “baiklah nak ayo bantu ibu bawa barang ibu ke
mobil yan anti baru kita makan bakso bersama”…..sambil memeluknya. Setelah
menyelesaikan pekerjaannya lalu ibu tadi memberinya upah Rp 5.000,00 dan
sebungkus bakso. Gadis kecil itu merasa senang karena dia mendapat sebungkus
bakso untuk diberikan pada neneknya tercinta dirumah dan jumlah tabungan yang
semakin bertambah. Dia segera bergegas pulang karena, ingin segera memberikan
oleh – oleh bakso untuk neneknya.
Ujian
nasional sudah dekat dia semakin giat belajar agar bisa lulus dengan nilai yang
memuaskan. Selain sholat wajib 5 waktu, sholat sunnah malam pun dia rutin
kerjakan untuk membangun hubungan baiknya dengan Allah swt. Pada suatu hari
teman – temanku sibuk mengurus surat pendaftaran untuk melanjutkan ke jenjang
selanjutnya. SMP Negeri 7 adalah Sekolah unggulan yang banyak diminati Sebagian
besar temannya dan sekolah itu juga yang menjadi pilihannya, namun niat itu
hancur saat seseorang menyampaikan komentar negatif padanya. “Kamu mau daftar
di sekolah unggulan mana mungkin diterima , disana sekolah untuk orang kaya dan
pandai pastinya. Nah sementara kamu bisa apa? Kaya tidak pintar pun tidak” ,
sahut bapak itu. Rasa bingung dan tidak percaya diri muncul dalam benaknya.
Saat terlelap dia bermimpi didatangi almarhumah ibunya sambil berkata nak
lakukan apa yang menurut hatimu baik insya Allah kamu mampu melewatinya dengan
baik. Keesokan harinya dia terbangun dengan penuh keyakinan untuk memantapkan
hati mendaftar ke sekolah unggulan yang dia inginkan.
Saat
pengumuman tiba dia sedang sakit tipes. Seminggu kemudian dia mendapat kabar
dari teman yang menjenguknya kalau dia diterima di SMP Negeri 7. Karena
penasaran dia mencoba melihat pengumuman sendiri dan ternyata benar dia
diterima di Sekolah yang selama ini dia impikan. Tak banyak hal yang
mengesankan terjadi selama dia duduk di bangku SMP semuanya berjalan seperti
teman - teman yang lain. Semuanya masih sama setiap pengambilan raport oleh
wali, pertemuan wali murid dan hal apapun yang berkaitan dengan wali dia selalu
mengatasinya sendiri. Dia sangat menikmati perjalanan hidupnya. Dia adalah anak
yang mandiri, percaya diri, tekun dan tidak mudah menyerah pada keadaan begitu
saja.
Beberapa
tahun berlalu begitu cepat tak terasa dia tumbuh besar menjadi gadis remaja dan
menjadi anak SMA. Kenangan yang paling berkesan di masa SMA suatu saat dia
dituduh mencuri oleh teman sekelasnya, karena ada seorang teman yang kehilangan
uang dan bukti itu ada di tasnya. Dia tidak merasa mengambil uang itu dan dia
yakin ada teman nya yang sengaja meletakkan uang yang hilang itu di dalam
tasnya. Akhirnya dia dipanggil ke kantor BK sesampainya di sana dia diberi
kejutan oleh teman – temannya. Dia bingung ada apa sebenarnya dan ternyata hari
itu adalah hari ulang tahunnya. Semua teman sekelasnya mengucapkan selamat
padanya. Terharu dan bahagia adalah gambaran perasaan yang saat itu dia
rasakan, karena selama ini dia tidak pernah mendapat kejutan dari keluarga
terdekatnya. Selain ucapan selamat dia juga mendapatkan banyak kado dari
mereka. Momen itu yang selalu dia ingat dalam hidupnya dan dia bersyukur selalu
dikelilingi oleh orang – orang yang baik.
Hal
berkesan lainnya dia dipilih menjadi salah satu dari beberapa perwakilan siswa di
sekolahnya untuk menjadi anggota Paskibraka saat Upacara kemerdekaan di Kantor
Dinas Bupati.
Saat
dia diminta oleh seorang guru matematika
untuk mengikuti les/ bimbingan setiap sore secara gratis, karena kebaikan
beliau dia jadi lebih memahami materi matematika dan meraih nilai matematika
bagus saat Ujian Nasional dan saat dia ditawarkan oleh seorang guru perempuan
untuk membiayai semua kebutuhannya untuk kuliah itulah namun dia menolaknya
itulah hal terakhir yang paling berkesan baginya. Setelah dia dinyatakan lulus
SMA dia memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah di sebuah kampus yang tidak
jauh dari tempat tinggalnya. Karena dia ingin meraih cita – citanya untuk
meneruskan perjuangan almarhumah mama nya yaitu menjadi seorang guru. Namun
baginya harapan itu tidak akan mungkin terwujud tanpa melanjutkan pendidikan
Sarjana. Selama kuliah bantuan Allah swt selalu ada untuknya dia diberi
keringanan untuk menyicil spp dan uang pembangunan. Tak berhenti disitu saat
semester 3 dia mendapatkan beasiswa dari Kantor Bappeda sebesar Rp 4.000.000,00
yang tidak mudah didapat oleh mahasiswa. Dia sangat rajin belajar agar
memperoleh hasil yang maksimal. Hal lain yang paling berkesan baginya saat kuliah
dia mempunyai sahabat baik yang masih sampai saat ini persahabatan itu tetap terjalin
dengan baik. Semua kegiatan kampus dia jalani dengan baik dari pengajuan nama
Proposal sampai mengurus Skripsi tak banyak yang dia revisi sehingga tidak
terlalu menghabiskan banyak biaya untuk merevisi ulang lembaran skripsi
tersebut. Tepat pada tanggal 5 Nopember
tahun 2009 dia dinyatakan lulus dan dan melaksanakan wisuda di Kota Kediri jawa
Timur. Dia berhasil melaksanakan tugasnya sebagai mahasiswa dengan tittle yang
didapat adalah Sarjana Pendidikan yang biasa kita kenal dengan singkatan S.Pd. Dia
memulai karir mengajarnya di sebuah sekolah swasta. Dia merasa senang karena
disekolah itu dia dipanggil dengan sebutan bu Guru yang memang dia idamkan
sejak kecil untuk meneruskan perjuangan mulia almarhumah ibunya. Dia sangat
bangga akan perjalanan hidupnya dan dia benar – benar menikmatinya. Dia selalu
melibatkan Allah dalam setiap ceritanya. 13 tahun dia bekerja dengan status guru
sukwan hingga sekarang dia menjadi ASN. Dia bersyukur karena Allah swt telah
membantu dalam meraih cita – citanya. Walaupun perjuangannya tidaklah
mudah….cacian, hinaan bahkan keberadaannya sering tidak dianggap sering dia
temui. Namun, dia selalu menjadikan hal itu sebuah motivasi hidupnya. Setiap
anak itu baik dan unik dengan kemampuan luar biasa yang dimilikinya. Cerita yang
sedikit berbeda baginya karena masa bermainnya waktu kecil tak seindah anak –
anak lain pada umumnya. Dia dipaksa keadaan untuk bekerja mencari sampingan agar
tidak putus sekolah dan dapat meraih cita – citanya. Dia juga tidak seberuntung
mereka mempunyai orang tua yang sangat menyayanginya. Tapi, dia sangat
bersyukur karena perjalanan hidupnya yang seperti ini dia bisa tumbuh menjadi
anak yang mandiri,
“Setiap
orang punya mimpi dan semua orang itu mempunyai hak yang sama untuk mencapainya
, jangan hiraukan komentar negatif orang dan yang paling utama selalu libatkan
Allah swt saat kondisi apapun”.
“Hargailah
setiap hal kecil yang terjadi dalam hidup kita, belajarlah dari pengalaman
sebelumnya dan jangan pernah mengulangi
kesalahan yang sama”.
Oleh NURUL AZISAH
UNIT KERJA : SDN TAMBAKSARI I
Post a Comment